Kamis, 12 Maret 2009

Cara Berinteraksi Yang Baik

Dalam menjalin interaksi hidup manusia di dunia ini sering kita alami kendala-kendala yang mungkin sebenarnya tidak perlu terjadi jika kita bisa memahami semua karakter dan sifat orang lain.

Perlu diketahui bahwa walaupun secara umum karakter dan sifat manusia sama, tetapi dalam diri manusia sendiri terdapat karakter yang lebih dominan yang membedakan kita dengan orang lain termasuk orang tua kita dan saudara kita yang walaupun mungkin itu audara kembar kita.
Dan mungkin ada sedikit harus kita jadikan pegangan selamanya bahwa karakter dan sifat semua manusia bisa berubah-ubah dan bahkan mungkin dalam hitungan detik.

Ada sedikit cara untuk mengetahui tentang karakter dan sifat orang lain serta menjalin komunikasi / interaksi yang lebih baik dengan orang lain :


1. Liatlah pandangan dan sorot matanya.

Cara pandangan dan sorot mata akan memberi gambaran tentang kondisi dan keadaan dia saat itu.
Ketika dia sedang emosi, sedih, bahagia, atau sedang memendam sesuatu yang hanya ingin disembunyikan oleh dirinya sendiri.

2.Pemilihan kata yang baik

Kata-kata merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan baik tertulis maupun lisan.
Lebih dari itu ternyata pemilihan kata-kata dapat memberi gambaran karakter dan sifat orang
lain secara keseluruhan dan lebih spesifik karena pemilihan kata-kata sering menjadi kebiasaan orang lain, misalnya dia yang biasanya berkata-kata romantis, ramah dan lainnya tapi suatu hari yang terjadi justru sebaliknya, hal itu menunjukkan kalau pada saat itu ada yang berubah dari orang tersebut.

3. pahami ekspresi
ekspresi saat orang berkomunikasi dengan kita selalu berbeda-beda, karna itu kita harus bisa memahami ekspresinya. apakah itu berarti dia memahami topik pembicaraan atau dia hanya mencoba bersimpati terhadap lawan bicaranya ataukah mereka merasa topik pembicaraan itu tidaklah penting dan juga mereka bisa menimbulkan rasa panik terhadap diri kita yang mengakibatkan kegagalan berkomunikasi. mungkin dengan kita bisa mengetahui ekspresi seseorang itu kita bisa mengendalikan situasi yang lebih teratur dalam berkomunikasi.

4. pemilihan topik

dalam berkomunikasi terkadang seseorang sulit memilih topik pembicaraan yang lebih baik. alangkah baiknya kita mengambil topik yang lebih mendidik atau topik mengenai informasi baru (bukan gosip maksudnya) mengenai something new in this world. . .


masih banyak beberapa cara agar kita menjadi seseorang yang bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. mungkin ini adalah beberapa cara saya memperbaiki cara berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. . .dan mohon maaf apabila masih ada kekurangan mungkin hanya sampai disini yang saya ketahui. . .

Semoga bermanfaat buat semua orang yang ingin belajar mengerti dan dimengerti orang laen. serta menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain.

Rabu, 11 Maret 2009

tips Untuk Para LDR

Pernahkah kamu merasakan menjalin hubungan jarak jauh….ada banyak teman bilang sech SLJJ(huuhuuhuu tapi udah bebas roming belum yach hihihihihi……). Hmm secara saya sendiri mengalami nya so mybe saat ini saya ingin berbagi sedikit informasi mengenai bagaimana cara untuk mempertahankan hubungan walaupun dalam keadaan pacaran jarak jauh, so lets cek it now…


Cinta memang tak kenal tempat dan waktu, dimana saja perasaan itu bisa bersemi. Karena itu banyak bermunculan pasangan yang berbeda jarak dipisahkan, sungai, gunung, laut, sampai benua. Pasangan semacam ini memang punya tantangan sendiri. Jika kepercayaan dan cinta tak terlalu kuat, hubungan bisa gampang berantakan, berikut sedikit tips yang dapat dilakukan bagi kalian yang menjalani hubungan jarak jauh

1. Komunikasi
Zaman sekarang semuanya sudah serba mudah. Walau beda benua banyak alternatif komunikasi yang bisa ditempuh. Selain telepon, dengan kecanggihan internet ngobrol lewat chatting bisa dilakukan. Mau kirim foto, sampai video semuanya serba mungkin. Apalagi biayanya juga jauh lebih murah. Tak ada lagi alasan untuk tak berkomunikasi. Ada keraguan, kecurigaan, atau perasaan lainnya, utarakan langsung pada sang kekasih. Jangan memendam dan menebak-nebak sendiri.
Tentang frekuensinya, sesuaikan dengan kegiatan masing-masing. Jangan sampai mengganggu dan membuat si dia kesal.
Tapi disela-sela komunikasi elektronik, tak ada salahnya sekali-sekali diselingi dengan surat biasa lewat pos. Selain lebih personal, di surat biasa anda bisa membubuhkan wewangian yang sering anda gunakan sehingga menimbulkan perasaan nostalgia pada dirinya. Jika si dia rindu pada makanan rumah tak ada salahnya sekali-sekali mengirim masakan favorit dia. Tapi sebelum itu cek dulu dengan perusahaan pengiriman atau kantor pos tentang prosedur pengiriman makanan
2. Buat kejutan
Kejutan seringkali menjadi penyegar suatu hubungan. Untuk yang jarak jauh bisa memanfaatkan jasa pengiriman. Sesekali mengirim bunga bisa menjadi penawar rindu yang romantis. Jika memang ada waktu yang cukup untuk liburan kejutkan dia dengan datang ke kotanya. Tapi ingat juga kesibukannya, jangan terlalu banyak menuntut waktunya. Jika memungkinkan, cari tahu dulu jadwal dia pada hari itu. Kunjungan anda juga tak perlu lama-lama, yang penting perasaan rindu sudah terobati
3. Tetapkan peraturan
Untuk menghindari salah paham dan hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya anda menetapkan beberapa aturan dasar. Misalnya, berapa lama harus bertemu, apakah setiap hari harus menelepon, adakah hari khusus dimana anda harus bertemu, serta berbagai aturan main lainnya.
4. Antisipasi segala kemungkinan
Namanya hubungan jarak jauh, faktor penghalang pasti banyak menghadang. Walaupun sudah buat rencana anda harus selalu siap untuk kemungkinan terburuk. Misalnya ketika sudah janji bertemu, kekasih anda ada meeting tiba-tiba. Atau bisa saja anda tak bisa pergi bertemu dia karena sahabat perlu teman curhat setelah putus dari pacar.
5. Percaya dan Sabar
Ketika sudah berkomitmen untuk hubungan jarak jauh, kepercayaan pada pasangan sangat penting. Jika tak bisa percaya pada pasangan sebaiknya anda berpikir dua kali sebelum menjalani hubungan jarak jauh. Anda bisa lelah sendiri disiksa kecurigaan dan kecemburuan karena tak bisa selalu mengawasi sang kekasih. Jika ada perasaan curiga atau gelisah, langsung ungkapkan kepadanya. Jangan dipendam sendiri dan berkembang menjadi masalah.
Keadaan emosi memang sulit dikontrol. Kadang kesal sedikit bisa jadi masalah. Khusus untuk pasangan jarak jauh, kesabaran adalah aspek yang penting. Karena itu, jika timbul masalah sebaiknya coba bersabar dan jangan langsung meledak. Ingat, pertemuan dan komunikasi yang cukup sulit sebaiknya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan supaya hubungan lebih mesra. Selalu akhiri pembicaraan dengan kata-kata yang manis.
6. Timbang baik dan buruknya
Tidak semua orang bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan baik. Perlu banyak kesabaran dan usaha untuk melewati itu semua. Coba pertimbangkan positif dan negatif hubungan yang tengah dijalani. Apakah anda dan pasangan bahagia? Apakah anda lebih sering bertengkar daripada bermesraan? Apakah hubungan berubah menjadi buruk setelah kekasih pindah ke kota lain? Dan berbagai hal lainnya.
Jika setelah ditimbang ternyata hal buruk lebih unggul, tak ada salahnya anda berpikir dua kali untuk melanjutkan hubungan jarak jauh. Jangan tergesa-gesa mengakhiri hubungan, bicarakan dulu baik-baik dengan kekasih. Beri alasan dan argumen yang tepat. Pada akhirnya, akan sangat baik jika anda dan pasangan bisa menemukan jalan keluar. Siapa tahu adanya perubahan malah akan membuat lebih mesra. Tapi jika tidak, kenyataan pahit memang harus ditempuh. Lagian siapa yang mau terus-terusan sedih dan menderita karena cinta.
7. Prediksi masa depan
Hubungan yang punya tujuan, pasti bikin anda dan pasangan lebih semangat menjalaninya. Jika memang sudah saatnya tak ada salahnya menguatkan komitmen. Setidaknya jangan menghindar jika membicarakan hal tersebut. Suatu hubungan terutama jarak jauh perlu ‘iming-iming’ yang membuat anda dan pasangan tetap kuat. Setidaknya ada sesuatu yang diharapkan dan dituju

di tulis dalam lifestyle room.

(di rangkup dari willmen46.wordpress.com)

Tips Cara Cari Pacar

1. Menjadi diri sendiri

Hindari berpura-pura menjadi orang lain. Menjadi orang lain untuk menjaga image atau jaim tidak selamanya menyenangkan karena mungkin akan menyiksa batin anda.


2. Menjadi orang yang menyenangkan pasangan

Sebisa mungkin kita berkomunikasi dengan pasangan secara seimbang dua arah. Baik si cewe maupun si cowo harus bisa menjadi lawan bicara yang seirama dan dapat membuat yang lain menjadi nyaman, terhibur serta tidak membosankan. Hindari gugup yang berlebihan karena gugup yang terlalu berlarut-larut dapat merusak komunikasi yang ada.

Pelajari apa yang disukai oleh pasangan. Hidari hal-hal yang tidak disukai
oleh orang yang kita sukai dan berusaha melakukan apa yang disukai
disesuaikan dengan batas kemampuan kita.


3. Menjadi orang baik

Sifat baik yang dimaksud antara lain adalah jujur, setia, pengertian, suka menabung, sopan, rendah diri, tidak pelit, suka membantu, tidak merokok, tidak menggunakan narkoba, rajin beribadah, berorientasi jangka panjang, menghindari zina dan lain sebagainya.

Memiliki sifat yang tidak pemarah, sabar, bertanggungjawab, setia dan
pengertian adalah sifat yang paling disukai. Bila anda belum memilikinya
maka segera belajar untuk merubah sikap / sifat anda untuk menjadi lebih baik di mata orang lain tidak hanya di mata si do'i.

4. Memiliki modal yang cukup

Modal dalam hal ini tidak selamanya harus berbentuk uang atau materi. Modal sifat baik, tekat yang kuat serta keseriusan yang tinggi terkadang dapat mengalahkan harta dan materi. Selama sang pujaan hati merasa nyaman itu merupakan modah yang cukup kuat.


5. Didukung oleh lingkungan

Keluarga, teman dan tetangga yang baik tentu akan menjadi nilai plus buat anda. Jika anda merasa lingkungan anda belum atau kurang mendukung,sebaiknya anda lakukan bina lingkungan untuk menjadi lebih baik sehingga dapat menunjang aktifikas pendekatan dengan kekasih hati.

6. Konsisten dan konsentrasi tinggi

Jangan mudah terpengeruh oleh godaan dan perkataan orang lain. Yakinlah bahwa si dia adalah pacar atau jodoh yang tepat bagi anda, namun anda juga harus mempelajari doi dengan baik agar kelak tidak merasa salah memilih pasangan. bina hubungan baik dengan melakukan komunikasi dua arah yang lancar.

Berikan tambatan hari, waktu, tenaga, pikiran dan perasaan anda
sepenuhnya agar si dia merasa dihargai.

ini tips dari teman sih......
ya moga2 ada yg butuh tuh,.......

moga sukses....

(di rangkup dari bsicommunity.forumotion.com)

Tata Cara Berkomunikasi

PENGERTIAN UMUM
Kegiatan Komunikasi Radio Antar Penduduk meliputi kegiatan komunikasi radio pada band frekuensi yang ditentukan secara khusus untuk penyelenggaraan komunikasi radio antar penduduk di Indonesia.
Disusunnya tata cara berkomunikasi yang benar ini dimaksud untuk ketertiban dan kelancaran pertukaran berita pada saat berkomunikasi dengan perangkat KRAP.
Hal ini dilandasi dari pertimbangan :
Demi kelancaran dan kecepatan komunikasi;
Terbatasnya kemampuan perangkat KRAP secara karakteristik;
Untuk mencapai keseragaman dalam penggunaan Prosedures dan Istilah.
PEDOMAN
Pada saat berkomunikasi, harus berpedoman pada IKIT yang merupakan singkatan dari
IRAMA : Potongan-potongan kalimat harus diucapkan secara jelas.
Kalimat hendaknya singkat, jelas dan langsung pada pokok persoalan.
KECAPATAN : Bicara dengan kecapatan sedang;
Jelas bicara terlalu cepat.
ISI SUARA : Bicara agak keras dari biasanya;
Tidak berteriak atau berbisik.
TINGGI NADA : Tinggi nada sedang, ini akan lebih jelas diterima daripada nada rendah.
PETUNJUK SEBELUM BERKOMUNIKASI
1. Berbicara dengan berpedoman pada IKIT;
2. Gunakan interval (tenggang waktu) 2-3 detik setelah lawan bicara anda selesai bicara;
3. Pembicaraan harus tidak menimbulkan gangguan Kamtibmas;
4. Bicara seperlunya dan tidak mendominir frekuensi;
5. Jaga kesopanan dalam pembicaraan agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
SARANA ADMINISTRASI
1. Siapkan buku catatan / log book.
2. Kode 10;
3. Form Berita
4. Surat Ijin perangkat anda harus selalu bersama perangkat.
SYARAT DAN TATA CARA BERKOMUNIKASI
1. Penyelenggara Komunikasi Antar Penduduk Indonesia adalah mereka yang telah memiliki IKRAP , IPPKRAP DAN KTA, khusus untuk DKI Jakarta Tanda Terima yang dikeluarkan oleh Pengurus Daerah RAPI DKI dianggap sah untuk berkomunikasi;
2. Nama Panggilan (10 – 28 ) yang dipergunakan hanya 10-28 yang tercantum di IKRAP yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, yang lain tidak boleh dipergunakan;
3. Untuk Station Tetap ( Base Station), harus memasang papan nama yang diletakkan ditempat yang mudah dibaca, untuk station bergerak, harus pasang sticker dikaca depan sebelah kanan dan kaca belakang;
4. Bila anda yakin semua sudah tersedia, barulah hidupkan perangkat pesawat anda. Mulailah mengaktifkan perangkat radio, pilihlah kanal kerja yang sedang aktif, atau bila anda siap, pilihlah kanal kosong untuk membuka Kelurahan. Usahakan membuka kanal kerja pada Kanal lokal, atau Kanal Wilayah anda;
5. Memonitor lebih dahulu, siapa yang menjadi Lurah / Net Pengendali, dan siapa-siapa saja yang telah menjadi warga pada kanal tersebut. Tunggulah dengan sabar adanya interval dari komunikasi yang berlangsung. Interval itu bisa diperoleh dari sela-sela pembicaraan yang berlangsung, atau yang paling baik, tunggu sampai Lurah/Net Control, memberi kesempatan bagi statiun yang siap untuk masuk;
6. Bila ingin memanfaatkan kesempatan untuk masuk pada suatu kanal, mulailah menyebutkan 10-28 Net Control, baru kita sebut 10-28 dan lokasi kita. Contoh : Break,Break JZ09DYR (Net Control) JZ09GBS,10-20 Klender yang masuk. Setelah dipersilahkan oleh Net Pengendali barulah diucapkan Selamat Pagi / Siang / Malam 51 ( Salam Keluarga) 55 ( Salam Sejahtera). Selanjutnya kita melakukan laporan penerimaan sinyal kita atas pancaran Net Control, 10 – 2 Laporannya. Net Control akan melakukan laporan penerimaan pancaran dari kita dan bertanya apakah anda membawa berita penting atau berita darurat yang perlu didahulukan. Bila tidak, kita akan dipersilahkan untuk standby atau kemungkinan akan diberi kesempatan untuk menyalami rekan. Disinilah perlunya kita memonitor sebelum masuk bergabung, karena bila kita diberi kesempatan, kita dapat langsung menyalami salah satu rekan, kita tidak perlu bertanya : Siapa Saja yang bekerja pada frekuensi ?. Pertanyaan semacam itu hanya menunjukkan bahwa kita belum melaksanakan prosedur komunikasi yang benar. Bila kita dipersilahkan menyalami salah satu rekan, jangan sekali-kali kita menolak, dan menyatakan ingin langsung standby. Hal ini akan merusak citra kita dan mengurangi respect rekan lain;
7. Perhatikan norma dan etika kesopanan, jika ada hal-hal yang mendesak, kita yang sudah memasuki kanal dapat memotong pembicaraan dengan menggunakan kata Interupsi, Interuptor ini
oleh Net Pengendali akan dilayani dahulu. Bila Net Pengendali tidak mendengar warga yang lain yang dapat mendengar berkewajiban memberitahu.
8. Bila kita akan memasuki jalur tetapi ragu-ragu apakah jalur tersebut ada yang menggunakan atau tidak, sebaiknya kita menanyakan langsung : Apakah kanal ini sedang dipakai ? disini JZ09GBS yang masuk Brrrrreeeeeaaakkk ! setelah beberapa saat tidak ada jawaban, barulah kita pergunakan kanal tersebut bersama rekan kita.
9. Setiap pembicara hanya diperbolehkan berbicara / menekan tombol mike nya selama ½ - 1 menit saja. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada warga lainnya. Ketentuan ini dikecualikan bagi mereka yang sedang menyampaikan pengumuman organisasi, berita keluarga, berita darurat, berita penting dan lain-lainnya.
10.Bicaralah seperlunya dan jangan medomininasi frekuensi. Perlu disadari bahwa frekuensi KRAP adalah milik bersama, bukan milik pribadi dan bukan pula milik kelompok tertentu saja. Pada saat berkomunikasi, mungkin banyak rekan yamg memonitor dan mungkin ingin bergabung. Hak mereka wajib dihormati. Bijaksanalah dalam mengungkapkan permasalahan, apalagi menjawab pertanyaan dari rekan. Sadari betul bahwa pembicaraan melalui udara sangat mudah menimbulkan kesalah pahaman. Kalimat yang terpantau sepotong sangat besar kemungkinan salah tafsir;
Bila kita menerima pertanyaan yang disadari kemungkinan akan menimbulkan kesalah pahaman, biasanya yang menyangkut masalah organisasi, hendaknya segera dibatasi, dan rekan tersebut disarankan agar membicarakannya didarat bersama pengurus. Pembicaraan yang menyangkut gossip pribadi hendaknya tidak dilakukan;
11.Saat berkomunikasi dianjurkan selalu menggunakan Kode Sepuluh atau Ten Code untuk menyingkat pembicaraan. Pembicaraan hanya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dengan memperhatikan kode etik, kesopanan, dengan suara jelas untuk memudahkan penerimaan;
12.Dalam pembicaraan harus menjauhkan diri dari kata-kata yang tidak sopan, kotor, pembicaraan yang a susila, politik, makar dan dagang. Harus saling menghargai, terutama pembicaraan yang penting dan serius jangan dipotong;
13.Apabila ada pengganggu kanal (jammer), berikan pengertian kepadanya dengan baik dan sopan agar tidak mengganggu lagi. Jika statiun pengganggu ini masih saja mengganggu dan kita tahu lokasinya, catat jam kejadian serta kanalnya dan segera laporkan kepada pengurus untuk diambil tindakannya;
14.Lurah atau Pengendali Frekuensi sebagai pengatur jalur, berhak dan berkewajiban mengatur kanal agar tidak terjadi crowded (ribut), dan dapat mengajak rekan-rekan lainnya untuk pindah kanal lain karena kanal tersebut terlalu penuh;
15. Pengurus atau Pengatur Kanal ( Net Pengendali ), berhak mengosongkan kanal dalam hal ada suatu kejadian, baik itu kanal ribut atau untuk keperluan organisasi atau dipergunakan untuk kegiatan bankom, emergency dengan cara memberikan pengertian lebih dahulu kepada warga;
16. Lurah/Net Pengendali sangat menentukan lancar tidaknya komunikasi yang berlangsung diantara sesama warga. Lurah harus dapat mengatur agar komunikasi dapat terselenggara dengan akrab, tertib dan lancar. Lurah harus dapat membagi waktu secara adil kepada setiap warga. Seorang Lurah harus arief, cermat dan tegas dalam mengendalikan frekuensi. Identitas warga seyogyanya dapat dicatat lengkap. Bila menghadapi warga yang belum terampil berkomunikasi, mungkin karena termasuk statiun baru, maka perlu dibimbing agar dapat lebih lancar dan lebih akrab bercanda bersama rekan.
NET LOKAL
Net Lokal/net Organisasi adalah salah satu bentuk sistem pembinaan organisasi dan anggota yang diselenggarakan oleh Pengurus Lokal RAPI pada waktu dan kanal tertentu ( 1 X seminggu ). Net Lokal dibuka oleh Pengurus dan atau aktifitas lokal untuk Anggota dan Pengurus Lokal juga partisipasi dari Anggota atau Pengurus Lokal Lainnya pada Kanal Kerja Lokal.
Net Lokal dipergunakan untuk :
1. Mengetahui potensi organisasi pada saat itu, dalam bentuk daftar anggota yang melakukan check-in;
2. Menyampaikan pengumuman tentang kebijaksanaan maupun kegiatan organisasi yang (segera) akan dilaksanakan;
3. Menyampaikan informasi timbal balik antara Pengurus dan Anggota tentang berbagai masalah atau kegiatan kemasyarakatan;
4. Memotifasi anggota untuk mengaktifkan kanal kerja lokal.
Persiapan sebelum Net lokal :
1. Net Lokal dilaksanakan dengan komposisi 1 ( satu ) orang Operator dibantu 1 (satu) atau 2 (dua) orang sebagai pencatat;
2. Siapkan form Peserta Check – In;
3. Siapkan Pengumuman-pengumuman dari Pengurus baik dari lokal maupun dari Wilayah atau dari Panitia kegiatan tertentu, kordinasikan dengan Pengurus sebelum net lokal dibuka;
4. Siapkan Form Berita baik Berita Penting maupun Berita Darurat atau Berita Keluarga;
5. Net Lokal dilaksanakan di Sekretariat Lokal;
6. Check Perangkat sebelum dimulai, pergunakan dahulu untuk komunikasi biasa;
7. Check penunjuk waktu cocokkan dengan jam operator.

Pentingnya Perpustakaan On-Line

Sudah saatnya bagi siswa di era informasi ini untuk menjadi e-citizen yang memiliki keterampilan informasi yang tinggi. Sejak usia muda siswa sudah perlu dibiasakan dengan e-library dan e-learning. Hal ini hanya dapat terjadi bila perpustakaan itu berubah dan diberdayakan. Dengan jejaring yang ada di Indonesia sekarang, perpustakaan on-line sebenarnya sudah dapat diupayakan. Seorang pustakawan sekolah yang on-line memiliki tanggung jawab baru; salah satunya adalah aksesibilitas, yang dapat memfasilitasi siswa untuk belajar dengan lebih bermakna dan belajar untuk menyelesaikan persoalan hidup yang sebenarnya. Bukan hanya siswa di daerah urban saja yang membutuhkan perpustakaan online. Sebenarnya, semakin terpencil mukim seorang siswa semakin dia membutuhkan perpustakaan on-line. Dengan demikian dapat terwujud keadilan sosial bagi setiap warga negara.

Di era informasi ini perpustakaan sekolah di Indonesia pada umumnya masih belum cukup memadai, tetapi kita telah dihadapkan kepada perlunya perpustakaan on-line. Perpustakaan sekolah perlu beralih dari perpustakaan tradisional menjadi perpustakaan modern yang lebih sering disebut dengan pusat sumber belajar atau Learning Resource Center, atau Electronic Resource Center. Bila dalam penyediaan perpustakaan sekolah tradisional, kita telah dihadapkan pada permasalahan bagaimana menyediakan dana untuk mendapatkan koleksi bermutu yang mencukupi, dan setiap saat supaya dapat dilakukan penyiangan dan perbaruan koleksi, dengan perpustakaan on-line kita tentu dituntut untuk menyediakan biaya yang lebih besar. Terlebih lagi, metode dan teknik baru terus bermunculan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Dalam kondisi yang seperti ini, kita membutuhkan jaringan internet ICT, bandwidth yang bagus, jumlah komputer yang cepat dalam jumlah yang mencukupi, dana yang cukup untuk dapat mengakses data base, dan juga SDM yang mencukupi untuk pemeliharaan peralatan yang canggih tersebut. Tentunya kita juga perlu melatih kembali para pustakawan sekolah, dan membangun sistem pendidikan yang memberdayakan perpustakaan, dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum pendidikan. Di tempat-tempat terpencil yang mengalami kesulitan sambungan listrik, perlu juga disediakan sistem tenaga sinar matahari dan generator. Bus dapat juga disediakan untuk pelayanan perpustakaan dengan ICT, seperti yang dilakukan di Sarawak, Malaysia (Bolhassan
& Razali, 2007). Hanya dengan demikian, kita dapat mempersatukan semua anak sekolah di antara 230 juta penduduk Indonesia yang menyebar dari Sabang hingga Merauke dalam jejaring internet.
Memang pemanfaatan ICT perlu dimasyarakatkan bilamana perbedaan antara yang kaya dan miskin ingin semakin diciutkan. Akses kepada internet tidak dapat dihindari bila pemerataan mutu pendidikan ingin diupayakan. Sebenarnya semakin terpencil suatu wilayah, semakin wilayah tersebut membutuhkan internet. Pada saat ini jaringan ICT untuk pendidikan di Indonesia telah memiliki pilihan keterhubungan dengan:
(a) Internet Dikmenjur & BKLN dengan nama Jejaring Diknas, yang terhubungkan dengan Internet Indonesia dan Internet Internasional, tetapi memiliki bandwidth yang relatif terbatas
(b) Internet Dikti dengan nama INHERENT, yang memiliki bandwidth cukup lebar tetapi hanya memiliki cakupan koneksi antar perguruan tinggi di Indonesia saja
(c) Internet Indonesia (IIX)
(d) Internet Internasional

Jadi, sekalipun Indonesia memiliki tantangan yang besar dalam pengadaan online library, modal awal berupa fasilitas jaringan internet sudah termiliki, sehingga sebenarnya kita sudah dapat mulai memasyarakatkan on-line library bagi pendidikan di seluruh tanah air. Halangan pertama yang kita hadapi adalah ketika kita mulai meragukan pengadaan dananya. Seharusnya keterbatasan dana tidak dianggap sebagai beban, tetapi digunakan sebagai sebuah awal ketahanan dan kekreatifan dalam pengadaan akses dan kesempatan bagi setiap warga negara untuk diberdayakan oleh teknologi tersebut. Halangan untuk memperoleh akses dalam penggunaan teknologi ini sebenarnya masih dapat diatasi bilamana pemerintah lokal, pusat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan pengusaha secara bersama-sama bekerja untuk mewujudkan harapan ini. Tanpa upaya semacam ini tidaklah mungkin elearning terjadi.

Selain itu, di era informasi yang terkoneksi ini, komputer yang tak terhubungkan dengan internet adalah komputer yang memiliki fungsi sangat terbatas. Internet dan konektivitas adalah sarana yang memungkinkan setiap warga negara menurut keadilan sosial memperoleh informasi dan pendidikan, termasuk pendidikan sepanjang hayat, untuk perolehan kehidupan yang lebih baik.

Kata kunci yang penting untuk pemberdayaan warga negara melalui jejaring ICT bagi perpustakaan adalah aksesibilitas, konektifitas, pendidikan, dan materi. Yang dimaksud dengan aksesibilitas itu adalah keterjangkauan untuk memiliki atau menggunakan komputer, dan mendapatkan konten yang relevan. Yang dimaksud dengan konektivitas adalah keterhubungan komputer dengan internet. Komputer adalah alat untuk memasuki dunia informasi dan sumber daya global. Dengan komputer yang terhubungkan dengan internet, pendidikan dapat semakin berfungsi dalam membangun tenaga kerja yang terampil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik secara individual maupun sosial. Pendidikan berteknologi tinggi semakin dibutuhkan pada jaman yang keterampilan membaca, menulis dan berhitung saja ternyata tak cukup untuk menjadi warga negara yang produktif. Yang dimaksud dengan materi adalah bagaimana internet itu memberikan informasi dalam bahasa yang dikenal oleh pengguna, memperhatikan hukum dan budaya yang ada pada masyarakat pengguna, informasi yang relevan, sumber daya dan pelayanan yang tersedia. Yang dimaksud dengan kekuatan untuk mentransformasi adalah kemampuan dari teknologi untuk memberikan keuntungan secara sosial dan
ekonomis. Kemampuan untuk mentransformasi ini tidak dapat muncul begitu saja dari pemerintah, mitra industri, dan LSM secara terpisah-pisah, tetapi perlu ada kerjasama dari ketiganya untuk menciptakan kesempatan bagi masyarakat dalam mengubah kehidupannya (Davies, 2007).

Sebenarnya Indonesia boleh dikata masih agak lambat dalam merespon kebutuhan akan ICT. Afrika, misalnya, telah dipersatukan oleh ITOCA (Information Training and Outreach Centre for Africa) yang menyediakan perpustakaan online dengan biaya rendah (Lwoga et al., 2007). Selain itu, setiap negara juga telah membangun perpustakaan on-line dan sekaligus e-learning, seperti Afrika Selatan dengan Electronic Resource Centres-nya (Agyei, 2007). Terlebih lagi Singapura, sebagai salah satu negara yang terkaya di Asia, masyarakat Singapura tidak saja dibangun menjadi masyarakat yang selalu mencari informasi, tetapi mencari informasi dalam lingkungan masyarakat berbasis pengetahuan atau knowledge-based society. Hanya dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi, mengelola, dan menggunakan informasi secara bermakna, baik dari bahan cetak maupun dari bahan elektronik; bahkan mereka telah menyebut diri mereka sebagai e-citizens. Artinya, suatu masyarakat yang hidup, bekerja dan bermain secara on-line. Hampir tak mungkin seorang anak tidak belajar secara on-line, kelompok masyarakat yang senior pun dilatih kembali untuk menggunakan teknologi informasi (Munoo & Narayanan, 2005).

Perpustakaan Menjadi Semakin Penting dalam Proses Pembelajaran Masa Kini

Pada masa lalu pembelajaran lebih bersifat menghafalkan bahan-bahan yang sudah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran tidak terlalu mengedepankan rasa ingin tahu, inisiatif dan kemampuan kritis siswa. Siswa juga mendapatkan ijazahnya dari ruang kelas fisik dengan terlebih dahulu bertatap muka secara teratur dengan guru. Dalam konteks belajar seperti ini perpustakaan selalu diakui penting, tetapi tidak wajib. Pembelajaran semacam ini semakin ditinggalkan pada era informasi yang
ilmu dan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat.

Belajar di jaman sekarang adalah untuk membangun makna, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Belajar itu sedapat mungkin untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang sebenarnya, kegiatan untuk berpikir, berkomunikasi dan belajar yang dibangun di atas pengetahuan dan pengalaman siswa sebelumnya. Dalam konteks yang seperti ini, perpustakaan yang dibutuhkan adalah perpustakaan yang memungkinkan siswa mengakses informasi secara elektronik, dan pustakawan adalah tenaga kependidikan yang dapat menawarkan bimbingan dan bantuan belajar
yang dapat terus merangsang pengguna perpustakaan untuk terus mencari informasi yang bermanfaat (Wang & Hwang, 2004).

Pada dasarnya siswa perlu memiliki keberwacanaan informasi (information literacy) atau keterampilan informasi (information skill), yang meliputi:
(a) mengenal kebutuhan akan informasi,
(b) mengetahui bagaimana secara tepat mengidentifikasi dan mendefinisikan informasi yang dibutuhkannya,
(c) mengetahui di mana mendapatkan informasi secara efisien,
(d) menyatukan informasi yang diperoleh ke dalam kesatuan pengetahuan yang dimiliki, dan
(e) menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Selain keterampilan dasar di atas, keberwacanaan informasi di Amerika juga menghendaki siswa untuk mengetahui bagaimana menggunakan informasi secara etis dan legal. Di Australia, siswa juga harus tahu bagaimana menggunakan informasi untuk belajar sepanjang hayatnya dan bagaimana untuk menjadi warga negara yang berguna. Di Inggris siswa juga diharapkan untuk dapat menggunakan informasi yang ada untuk menciptakan informasi baru.

Pada masa sekarang karateristik masyarakat semakin kompleks. Masalah yang ada di masyakarat juga semakin rumit. Untuk memahami karateristik masyarakat, kita semakin pula membutuhkan sarana yang semakin mutidisipliner. Belajar juga tidak lagi terbatas di bangku sekolah. Belajar sepanjang hayat semakin dihayati sebagai unsur yang penting dalam mengembangkan profesionalisme, kemungkinan untuk dapat terus mempertahankan pekerjaan, dan menjadi warga negara yang dapat
membantu meminimalisasi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Belajar sepanjang hayat menyatukan pendidikan informal, formal dan non-formal (Ghosh & Sevukan, 2006).

Kapan Pustakawan Sekolah Mulai Memperkenalkan Siswa kepada Internet?

Pustakawan tidak perlu ragu mengubah perpustakaan fisik menjadi perpustakaan on-line pada jenjang pendidikan yang manapun. Hampir tidak mungkin kita dapat membantu anak untuk menjadi pencari informasi bila anak tidak pernah diperkenalkan kepada Teknologi Digital (TD) yang semakin menguasai dunia komunikasi, hiburan dan ungkapan kreatif. TD bagi anak di era informasi ini tidak ubahnya seperti kertas dan pinsil yang harus dikenali dan dimiliki oleh anak-anak di masa lalu (Cooper, 2005).

Seperti yang ditekankan oleh Vygotsky, berkomunikasi merupakan sebuah proses yang sangat penting bagi seorang anak untuk menjadi anggota budayanya. Berkomunikasi bagi seorang anak juga dapat dilakukan melalui komputer. Dengan komputer anak dapat berkomunikasi dan terlibat dalam wacana sosial yang lebih luas, yang memungkinkan anak dapat lebih banyak memahami nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan yang ada dalam budayanya. Terlebih komputer memungkinkan seorang anak untuk dapat lebih intens dalam mengembangkan keterampilan kebahasaannya yang ada dalam ranah kognitif dan keterampilan interrelasi dalam ranah sosial. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang berusia 3 tahun sebenarnya sudah dapat mulai belajar dengan komputer, yang berfungsi sebagai
katalisator interaksi sosial (Cooper, 2005).

Tantangan Baru bagi Pustakawan

ICT dan perpustakaan on-line itu sudah bukan lagi menjadi hal yang luar biasa di negara maju. Di negara yang sedang berkembang ICT masih merupakan sebuah kemewahan yang hanya dapat dinikmati oleh masyarakat perkotaan, dan hanya terbatas kepada mereka yang peduli dan memiliki dana lebih. Sebenarnya bukan ICT saja yang menjadi kelangkaan di negara berkembang; infrastruktur yang prima dan yang dianggap mendasar di negara maju seperti air bersih, listrik dan transportasi
juga masih belum dinikmati dengan mencukupi dan merata. Namun, diharapkan dengan berinvestasi pada ICT, masyarakat mendapatkan kesempatan belajar yang lebih merata, sehingga mereka dapat menyelesaikan sendiri persoalan hidupnya melalui membaca dan belajar sepanjang hayat.

Sebagai gambaran tentang apa yang telah terjadi di negara maju, generasi yang sedang bersekolah sekarang adalah Generasi Net atau Generasi Digital. Generasi ini sudah semakin tidak membutuhkan perpustakaan fisik, dan mereka hanya mengandalkan internet. Menurut survei di Thomas and Dorothy Leavey Library at the University of Southern California (USC), Amerika Serikat, 73 persen mahasiswa sudah tidak lagi ke perpustakaan, karena mereka sudah terhubung oleh internet dan perpustakaan on-line. Hanya tinggal 36% mahasiswa S1 meminjam buku, 12% datang ke perpustakaan untuk menggunaan jurnal cetakan, dan 61% dari pengunjung perpustakaan hanya datang untuk menggunaan komputer yang disediakan. Bila mahasiswa ditanya perbaikan apa yang mereka butuhkan dari perpustakaan, mereka hanya meminta untuk disediakan lebih banyak komputer.

Selain itu, mahasiswa juga melaporkan bahwa mereka lebih suka belajar berkelompok dengan teman dan mengakses internet, daripada mendengarkan dosen berceramah di kelas. Karena itu, tidak cukup perpustakaan yang terhubung dengan internet saja, tetapi mahasiswa juga mengharapkan perpustakaan menyediakan lebih banyak ruang diskusi (Gardner & Eng, 2005).

Namun, dengan perubahan semacam ini, pustakawan selain mendapatkan kemudahan-kemudahan yang belum pernah dinikmati sebelumnya, seperti bagaimana melaksanakan katalogisasi, input dan pelacakan informasi dengan cepat, pustakawan sekolah juga mendapatkan tantangan-tantangan baru. Perpustakaan perlu pembaruan dan penataan kembali secara organisatoris. Pustakawan di perpustakaan yang on-line tentu tidak lagi akan mengharap pengguna sering datang mengunjungi perpustakaan. Pengguna perpustakaan dapat mengakses perpustakaan dari dalam ruang kelas, di rumah dan di mana saja. Dengan demikian, pustakawan perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan baru, peningkatan keterampilan baru, mekanisme komunikasi yang baru dan fleksibilitas kinerja yang berbeda (Tam & Robertson, 2002).

Tantangan lain yang dihadapi pustakawan adalah bagaimana perpustakaan dengan kegiatan-kegiataan yang dirancang oleh pustakawan hendaknya sangat menantang dan menarik, Terutama di kawasan perkotaan, anak sudah semakin biasa dengan penggunaan internet, tetapi internet hanya digunakan untuk bermain game yang kurang memiliki bobot edukatif. Anak juga saling berbagi informasi dengan melakukan chatting dan email, dan sebagainya. Namun, penggunaan alat-alat elektronik digital ini belum maksimal. Memang alat-alat itu sudah digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, tetapi menurut kenyataannya informasiinformasi itu belum secara jelas dapat masuk ke dalam informasi yang dibutuhkan siswa secara bertanggung jawab (Galenter, 2006).

Pada saat ini baru sedikit sekali pustakawan sekolah yang yang menjadi elektronik, sedangkan tuntutan jaman adalah setiap saat siswa dapat mengakses informasi yang dibutuhkannya, dan informasi itu harus dapat diaksesnya di luar ruang atau gedung perpustakaan. Pada saat ini tidak lagi kita membahas berapa banyak orang yang meminjam dan membaca satu buku dalam satu minggu, tetapi seberapa cepat, seberapa mudah, seberapa up-to-date bahan yang dapat diperoleh pengguna perpustakaan (Wang & Hwang, 2004).

Tuntutan Baru yang Mendasar bagi Seorang Pustakawan Sekolah dalam Dunia Perpustakaan Maya

Pustakawan sekolah memiliki tuntutan baru di era ICT ini. Penyebab utamanya adalah siswa juga menghadapi tuntutan dan tanggung jawab baru dalam belajarnya dan dalam upayanya untuk hidup di era ICT. Pustakawan sekarang tidak saja menyediakan koleksi seperti yang dikehendakinya saja, tetapi pustakawan menyediakan bahan sesuai dengan tuntutan dunia akademik, dunia kerja dan
kehidupan masyarakat pada umumnya. Pustakawan bukan petugas yang menata buku, tetapi seorang penyedia informasi yang bermakna dan berguna. Pustakawan tidak saja berhubungan dengan buku-buku, tetapi multimedia. Pustakawan tidak lagi mengelola koleksi, tetapi membuka akses. Pustakawan tidak lagi berwawasan lokal, tetapi berwawasan dunia. Pustakawan bukan lagi petugas yang melayani siswa yang datang untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku, tetapi pustakawan adalah orang yang terus membuat sistem yang memudahkan siswa dalam mencari informasi.

Pustakawan sekolah juga semakin dituntut untuk memiliki wawasan pendidikan yang luas dalam menjalankan tugasnya. Karena telah terjadi perubahan terhadap lingkungan pendidikan, lingkungan belajar, budaya, ekonomi dan teknologi, pustakawan memiliki tuntutan baru yaitu bagaimana menumbuhkan pembiasaan bagi siswa untuk menjadi pembaca dan pembelajar seumur hidup. Pembelajaran jangka panjang adalah norma yang menuntun semua perencanaan dan kegiatan yang dikerjakan oleh pustakawan. Pendidikan sudah bukan menjadi milik mereka yang mendapatkan hak istimewa, tetapi telah menjadi hak semesta dan kebutuhan untuk berhasil dalam hidup. Setiap orang perlu terus memperbaiki diri, terutama karena dunia kerja menjadi semakin kompetitif. Setiap orang juga membutuhkan wawasan yang luas dan meningkatkan multi-intelegensi. Pustakawan memiliki peran yang penting untuk membantu menjawab tantangan jaman yang menghendaki setiap siswa dapat memilih sendiri apa yang ingin dipelajarinya (Tam & Robertson, 2002). Untuk mencapai kemampuan seperti ini siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, inisiatif dalam belajar dan kesungguhan yang tidak ditentukan oleh seorang pengajar, tetapi ditentukan oleh kebutuhannya dalam mengembangkan diri untuk dapat berperan serta di masyarakat dan dapat terus bertahan dan memajukan diri di pasar kerja. Pustakawan memiliki peran membantu siswa untuk mengembangkan
motivasi belajar yang tangguh dengan menyediakan bahan-bahan dan konsultasi yang merangsang mereka untuk berpikir, yang membuat belajar menjadi bermakna, dan benar-benar dapat membuktikan sendiri bahwa pembelajaran otonomus mereka memang dapat memberikan keberhasilan dan kebanggaan.

Pustakawan yang biasa dengan perpustakaan fisik dan tidak siap berubah akan semakin tersisihkan. Perpustakaan yang dipimpinnya tidak akan lagi mampu bersaing dengan produsen informasi yang memiliki data base yang sangat luas, yang terus diperbarui dengan sangat cepat, dan dengan informasi lengkap yang dapat dengan mudah diperoleh dari data base tersebut. Maka, dalam tuntutan yang
semacam ini pustakawan perlu mendefinisikan kembali peranannya dalam dunia pendidikan (Tam & Robertson, 2002). Seorang pustakawan perlu memiliki keterampilan yang berhubungan dengan ICT sebagai berikut (Ghosh& Sevukan, 2006):
(a) kegiatan dasar yang berhubungan dengan keperpustakaan,
(b) proses dan pelacakan informasi,
(c) pelayanan informasi dan pendukungnya,
(d) pelayanan berbasis jejaring,
(e) administrasi dan koordinasi jejaring,
(f) otomatisasi perkantoran, pelatihan pengguna terakhir,
(g) evaluasi produk informasi,
(h) perencanaan teknologi informasi,
(i) pencarian on-line,
(j) perantara informasi,
(k) pengembangan dan pengorganisasian konten,
(l) pelayanan informasi berbasis web,
(m) kegiatan yang berhubungan dengan internet seperti pengembangan lembar web, dan
(n) penerbitan elektronik dan jejaring.

Seorang pustakawan sekolah juga semakin dituntut untuk memiliki wawasan pendidikan dan pembelajaran yang luas. Pustakawan perlu memahami tentang pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Pembelajaran semacam ini sangat mendukung pembelajaran yang memotivasi siswa untuk tanggap terhadap persoalan yang ada di masyarakat, menyelesaikan masalah dengan belajar secara mendalam, mandiri, dan otonomus. Pustakawan dapat membantu siswa untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di era informasi ini siswa akan mendapatkan banyak informasi, tetapi tidak semua informasi menjadi lengkap dengan sendirinya, dapat dipercaya atau berguna. Dengan pembiasaan belajar yang demikian pustakawan telah membangun kemampuan pada diri siswa untuk bertindak seperti seorang profesional (Galernter, 2006).

Pustakawan juga perlu mendukung pemahaman bahwa setiap individu itu berbeda menurut bakat, keterampilan dan minatnya. Namun, sekalipun setiap individu berbeda, setiap individu perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar, dan menjadi anggota masyarakat yang berguna. Karena itu, seroang pustakawan adalah orang yang perlu memiliki wawasan yang sangat luas dan dapat mencari dan menggali minat siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahu terhadap suatu bidang ilmu, kesenian atau keterampilan yang dapat bermanfaat. Ada yang menyukai otomotif; ada juga yang menyukai seni suara, seni teater, atau bahkan matematika, yang semuanya sama menurut nilai manfaatnya (Grant & Branch, 2005).

Peran pustakawan sekolah adalah mencari informasi termasuk melakukan seleksi informasi dari internet, mengorganisasikannya dan membuatnya lebih mudah untuk diakses oleh penggunanya melalui jaringan elektronik, dan juga menyediakan bantuan ICT bagi pengguna, sedapat mungkin 24 jam dalam sehari. Pustakawan juga perlu membuat program-program pendidikan dan belajar on-line yang dapat disatukan ke dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Kolaborasi antara bagian pengembangan koleksi dengan staf pengajar akan memastikan bahwa perpustakaan memiliki koleksi yang terbaik. Pustakawan juga perlu mengupayakan supaya perpustakaan sekolah berlangganan majalah elektronik, terutama yang dapat diperoleh secara cuma-cuma. Pustakawan juga dapat membantu guru dalam menyebarkan informasi dan bahan kepustakaan yang perlu dibaca siswa, setelah pustakawan dan guru berkoordinasi dalam menyebarkan informasi tentang isi setiap mata perlajaran, SAP yang dibuat oleh guru dan buku-buku atau alamat Web yang perlu diketahui oleh siswa, dan semua karya unggulan siswa, baik dari sekolah tempatnya mengabdi maupun sekolah lain, terutama yang telah memenangkan penghargaan-penghargaan khusus (Tam & Robertson, 2002).

ICT bagi Pembelajaran Elektronik

ICT semakin tidak dapat dikesampingkan dalam proses pembelajaran yang menyiapkan siswa untuk hidup di jaman ICT itu sendiri. Perpustakaan sekolah yang memungkinkan siswa belajar dengan menggunakan ICT adalah perpustakaan elearning.

Pustakawan yang mengelola perpustakaan e-learning tentu tidak sekedar memindahkan teks dari bahan cetakan menjadi teks di dunia maya. Namun, seperti pendidik yang lain, pustakawan sekolah perlu menciptakan lingkungan belajar maya, interaksi online dan lingkungan belajar yang terkelola secara efisien. Dalam hal ini siswa belajar secara elektronik atau e-learning yang memungkinkan fleksibitas dalam pembelajaran dan yang memungkinkan umpan balik dapat diperoleh dengan segera. E-learning sudah banyak digunakan untuk pelatihan dan belajar jarak jauh dan kurikulum berbasis Web. Memang ada orang yang tidak menyukai pembelajaran semacam ini, karena mengurangi inteaksi kemanusiaan, dan ketidakabadian komputer. (Wang & Hwang, 2004)

ICT Merupakan Investasi Jangka Panjang

Pada saat ini ICT masih dinikmati oleh siswa di daerah urban, dan lebih bersifat komersial. Bahkan keberadaan ICT belum dimanfaatkan anak untuk memaksimalkan belajar mereka. Karena itu, pustakawan sekolah perlu mengambil alih pemanfaatan ICT untuk pembelajaran siswa. Pustakawan hanya dapat melakukan fungsi ini, bila tersedia cukup dana.

Indonesia sebagai negara sedang berkembang sudah waktunya memikirkan bagaimana membelanjakan uang untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara umum, dan bukan hanya memberikan bantuan-bantuan yang bersifat sementara. Perpustakaan sudah waktunya membangun konsorsium untuk pendanaan dan juga untuk pelatihan staf dalam mengatasi perubahan yang ada dalam lingkungan belajar (Tam & Robertson, 2002).

Bila ICT tidak ditangani oleh pemerintah dan memungkinkan semua warga sekolah dan masyarakat dapat menikmatinya, maka pengadaan ICT yang sebagiansebagian itu hanya akan menciptakan jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin. Baik jurang pemisah antara Indonesia dengan negara maju, maupun kelompok yang lebih beruntung di Indonesia dan kelompok yang kurang beruntung.

Kesimpulan

Perpustakaan on-line memang tidak mudah untuk diadakan di sekolah-sekolah karena keterbatasan sumber daya yang kita miliki, tetapi perpustakaan on-line sudah merupakan sebuah tuntutan yang tidak dapat kita hindari—bukan sekedar fasilitas yang penting, tetapi fasilitas yang wajib ada untuk investasi jangka panjang. Bahkan semakin terpencil letak sebuah sekolah sebenarnya sekolah itu semakin membutuhkan perpustakaan on-line.

Dengan jejaring internet yang sudah dimiliki sekarang, sebenarnya Indonesia telah memiliki modal dasar bagi perpustakaan on-line, yang memungkinkan setiap siswa—bukan siswa di daerah urban saja–memperoleh haknya dalam hal aksesibilitas, konektifitas, pendidikan dan informasi yang dapat dimengerti dan dimanfaatkan oleh siswa. Perpustakaan on-line yang diberdayakan dalam pendidikan formal, informal dan non-formal akan memperkuat keterampilan informasi siswa dalam membangun masyarakat berbasis pengetahuan.

Dengan adanya perpustakaan on-line, pustakawan sekolah perlu mendapatkan pelatihan kembali. Bilamana hal ini tidak dilakukan perpustakaan sekolah akan terkalahkan oleh produsen informasi. Seorang pustakawan sekolah tidak akan lagi mengukur keberhasilannya dengan menghitung berapa orang yang datang mengunjungi perpustakaannya, tetapi seberapa jauh aksesibilitas informasi yang
dapat ditawarkan oleh perpustakaannya itu. Pustakawan perlu memahami tentang elearning,
dan dengan demikian perpustakaan yang dikelolanya adalah perpustakaan e-learning.